Langsung ke konten utama

PARADOKS


Kuletakan raga di bawah rindangnya gemintang dalam hening yang membunuh 

Keinginanku untuk menghitung waktu terbang bersama  lara

Hingga asa pun lepas bersama penat


Kususun hembusan napasku menjadi siul di antara kicauan burung pada dahan-dahan cemara

Sambil menatapi tujuh ekor sapi menjilati bening kulit telaga yang menyambut mereka dengan riak.


Bunyi-bunyi pun menyelinap keluar dari sunyi. 

Irama denyut jantung seperti  permainan jari gadis kecil pada punggung tifa

Gemericik aliran darahku seperti rincing gelang pada kaki-kaki kuda yang melompati  terjalnya bebatuan  


Lirih yang kurasakan begitu perih bagaikan

nadi tersayat  belatih 

Aku merasa sendiri pada kota yang padat dan bising, 

Seperti rongga hampa dinding kapur tempat bersarangnya burung pelatuk


Seruling ayah adalah alunan penghibur pada kemah pengungsian ku.

Alam pun solah memahami  lirih yang kurasakan

Seperti palu dan paku yang saling membenturkan kepalanya. 


Pesannya ditibakan kepadaku tanpa satu pun kata. 

Lubang-lubang yang memintaku untuk diam atau menyanyi atau menari atau bersiul 

Aku memilih diam membiarkan mereka berlalu


Musik adalah  gemah  dinding sunyi yang mengurung ku

Dan yang setia menemaniku menuju satu kesunyian terakhir yang menanti di ujung tangga semua nada, dalam paradoks kehidupan. 


Jakarta 05  Maret 2021

@m'abstrak

Yos Fernandes L N

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TERJEBAK DI ANTARA PERASAAN DAN LOGIKA ( DiALOG )

Cewe; Aku merasa terbelenggu oleh pesona mu, yang terus-terusan mengusik intuisiku,tolong  jelaskan mengapa hujan selalu datang disaat mendung berlalu,aku mohon jangan pasung diriku,mengapa kamu seperti mendung yang selalu merampas kebahagiaan langit Cowo; Tolong pahamilah Hujan adalah air mata dari langit yang sedang bahagia, hujan adalah tetes-tetes peluh dari langit yang sedang berusaha. jika tanya mu seperti itu   aku tidak tau harus mulai darimana, namun yang pasti aku bukanlah mendung yang selalu merampas kebahagiaan langit Cewe : Jangan paksa aku untuk mengurai benang yang kusut, jangan libatkan aku untuk mencari asa pada tumpukan masalah, dan jangan bawah aku pada ruang yang sebenarnya tidak ada  tempat untuk diriku berpijak,walau hanya sesaat Cowo : Taukah kamu mataku sudah lelah untuk membendung tetes demi tetes cairan kegundahan dan kepedihan,dayaku telah sirna untuk menahan semua beban yang ada pada isi kepalaku, dan aku saat ini seperti mendung y...

SEPENGGAL DIALOG ALAM

Embun membisikan kesejukan  Aku akan menetes pagi Diujung dedaunan  Dipadang rumput Disela-sela jemari alam Aku akan memnjernihkan pagi Dihati  makluk yang mencintai pagi Dengan kehadiran detik baru mereka kembali melihat harapan Doa doa dan aktifitas merangkai realitas Aku akan meneteasi pagi  Bagi indra yang mencintai  makluk Kuncup berbicara optimis,  aku tau Mungkin aku hanya menghiasi alam dengan keindahan yang fana Kemudian menjadi serbuan kumbang kumbang nafsu Dan tangan tangan penguasa yang memotong seenaknya tangkaiku Demi kepentingan sebuah keindahan Bagi siapa.? Untuk siapa ? Sekejap layu tak lagi diminati Sejenak hilang dalam  makna Namun aku tetap menatap pagi penuh pengharapan Aku tau dengan kehadiranku ada yang tersenyum melihat keindahanku Walau entah apa yang bergejolak dihatinya Namun senyum mereka membahagiakan wujudku Jika takdirku layu dan mati terinjak realitas manusiawi Aku bahagia telah memekarkan optimis Bagi pencinta pagi yang...

SEGELAS KOPI YANG MENYEDERHANAKAN RISAU KU

  ๐˜ˆ๐˜ฌ๐˜ถ ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ญ๐˜ช๐˜ฉ๐˜ข๐˜ต ๐˜ญ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ถ ๐˜ฌ๐˜ถ๐˜ฑ๐˜ถ-๐˜ฌ๐˜ถ๐˜ฑ๐˜ถ ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ข๐˜ณ๐˜ช ๐˜ค๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ช๐˜ข ๐˜ฅ๐˜ช๐˜ข๐˜ต๐˜ข๐˜ด ๐˜ฑ๐˜ถ๐˜ค๐˜ถ๐˜ฌ ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ซ๐˜ข๐˜ฎ๐˜ฃ๐˜ถ ๐˜Œ๐˜ฎ๐˜ฃ๐˜ถ๐˜ฏ ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜จ๐˜ฆ๐˜ญ๐˜ข๐˜บ๐˜ถ๐˜ต ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ด๐˜ณ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฎ๐˜ข๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฃ๐˜ถ๐˜ญ๐˜ช๐˜ณ ๐˜ฃ๐˜ถ๐˜ญ๐˜ช๐˜ณ ๐˜ฌ๐˜ณ๐˜ช๐˜ด๐˜ต๐˜ข๐˜ญ ๐˜บ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ต๐˜ช๐˜ข ๐˜ฑ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ญ๐˜ข๐˜ฉ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ญ๐˜ถ๐˜ณ๐˜ถ๐˜ฉ ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ฆ๐˜ฎ๐˜ถ๐˜ช ๐˜ณ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ถ๐˜ฎ๐˜ฑ๐˜ถ๐˜ต๐˜ข๐˜ฏ  ๐˜—๐˜ข๐˜ฅ๐˜ข ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฉ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฆ๐˜ฅ๐˜ฆ๐˜ญ๐˜ธ๐˜ฆ๐˜ช๐˜ด ๐˜บ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฎ๐˜ถ๐˜ญ๐˜ข๐˜ช ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜จ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ช๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ฑ๐˜ข๐˜ด๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ฎ๐˜ถ๐˜ต ๐˜ด๐˜ช๐˜ฃ๐˜ถ๐˜ฌ ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ค๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ฎ๐˜ข๐˜ต๐˜ช ๐˜จ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ข๐˜ฌ ๐˜จ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ช๐˜ฌ ๐˜ฃ๐˜ถ๐˜ณ๐˜ถ๐˜ฏ๐˜จ ๐˜จ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ฆ๐˜ซ๐˜ข ๐˜—๐˜ข๐˜จ๐˜ช ๐˜ช๐˜ฏ๐˜ช ๐˜ต๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ญ๐˜ข๐˜ญ๐˜ถ ๐˜ช๐˜ฏ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฉ, ๐˜ถ๐˜ฏ๐˜ต๐˜ถ๐˜ฌ ๐˜ฌ๐˜ถ๐˜ฏ๐˜ช๐˜ฎ๐˜ข๐˜ต๐˜ช ๐˜ด๐˜ฆ๐˜จ๐˜ฆ๐˜ญ๐˜ข๐˜ด ๐˜ฌ๐˜ฐ๐˜ฑ๐˜ช ๐˜บ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฎ๐˜ข๐˜ด๐˜ช๐˜ฉ ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ต๐˜ช๐˜ข ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜จ๐˜ฆ๐˜ฑ๐˜ถ๐˜ญ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ข๐˜ด๐˜ข๐˜ฑ๐˜ฏ๐˜บ๐˜ข ๐˜›๐˜ฆ๐˜ต๐˜ข๐˜ฑ๐˜ช ๐˜ฉ๐˜ข๐˜ญ๐˜ข๐˜ฎ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ณ๐˜ถ๐˜ฎ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ช๐˜ฏ๐˜ช ๐˜ต๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ญ๐˜ข๐˜ญ๐˜ถ ๐˜ฌ๐˜ฐ๐˜ต๐˜ฐ๐˜ณ,๐˜ถ๐˜ฏ๐˜ต๐˜ถ๐˜ฌ ๐˜ณ๐˜ถ๐˜ฎ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜บ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ช๐˜ฏ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ช๐˜ฏ๐˜ช ๐˜‰๐˜ข๐˜ฏ๐˜บ๐˜ข๐˜ฌ ๐˜ด๐˜ข๐˜ฎ๐˜ฑ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜บ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜จ๐˜ข๐˜ซ๐˜ข ๐˜ฅ๐˜ช๐˜ฃ๐˜ช๐˜ข๐˜ณ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ถ๐˜ฉ๐˜ช ๐˜ฉ๐˜ข๐˜ญ๐˜ข๐˜ฎ๐˜ข๐˜ฏ  ๐˜š๐˜ฆ๐˜ฆ๐˜ฌ๐˜ฐ๐˜ณ ๐˜ฌ๐˜ถ๐˜ค๐˜ช๐˜ฏ๐˜จ๐˜ฑ๐˜ถ๐˜ฏ ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜จ๐˜จ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ถ๐˜ฏ๐˜ต๐˜ถ๐˜ฌ ๐˜ด๐˜ช๐˜ฏ๐˜จ๐˜จ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ธ๐˜ข...